Teknologi
Plasma untuk Daur Ulang Limbah Oil Sludg
Berbagai kasus pencemaran limbah
beracun berbahaya (B3) dari penambangan minyak di Indonesia, hingga saat ini
belum pernah ditangani dengan serius. Kasus pencemaran akibat oil sludge atau
endapan pada tangki penyimpanan minyak industri perminyakan, seperti di Tarakan
(Kalimantan Timur), Riau, Sorong (Papua), dan terakhir kasus pencemaran di
Indramayu sudah seharusnya menjadi catatan penting bagi para pengelola
penambangan minyak akan pentingnya pengolahan limbah oil sludge di tanah air.
Teknologi
plasma banyak diterapkan sebagai salah satu teknik pengolahan limbah. Plasma
umumnya dipergunakan pada pengolahan limbah padat. Di negara maju seperti
Jepang plasma dipergunakan untuk mengolah logam atau limbah domestik pada
insinerator sekaligus dapat mendaur ulang limbah logam berat seperti timbal
(Pb) dan seng (Zn) yang terkandung limbah tersebut.Dewasa ini, teknologi plasma
juga dapat diterapkan dalam mengolah limbah oil sludge. Plasma tidak hanya
dapat mengolah oil sludge, tapi sekaligus dapat mendaur ulang limbah yang
umumnya mengandung sekitar 40% minyak. Dengan mengolah oil sludge akan
menghasilkan light oil seperti minyak diesel yang siap pakai, dan residu dari
proses pengolahan siap dan aman untuk dibuang (landfill).
Oil sludge
Limbah dari
proses penyulingan minyak mentah (crude oil) dalam industri perminyakan
sangatlah kompleks. Limbah yang dihasilkan dapat diklasifikasikan sebagai
limbah gas, cair dan padat. Kandungan limbah gas buangan seperti, volatile
hydrocarbon, CO, NOx, dan SOx dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi
kesehatan masyarakat disekitarnya. Begitupula dengan limbah cair dari sisa
proses penyulingan umumnya memiliki kandungan minyak, bahan- bahan kimia
seperti, timbal, sulphide, phenol, dan chloride yang merupakan limbah beracun
berbahaya. Limbah padat yang dihasilkan disebut oil sludge. Dimana minyak hasil
penyulingan (refines) dari minyak mentah biasanya disimpan dalam tangki
penyimpanan. Oksidasi proses yang terjadi akibat kontak antara minyak, udara
dan air menimbulkan adanya sedimentasi pada dasar tangki penyimpanan, endapan
ini adalah oil sludge. Oil sludge terdiri dari, minyak (hydrocarbon), air, abu,
karat tangki, pasir, dan bahan kimia lainnya.Kandungan dari hydrocarbon antara
lain benzene, toluene, ethylbenzene, xylenes, dan logam berat seperti timbal
(Pb) pada oil sludge merupakan limbah B3 yang dalam pengelolaannya harus
mengacu pada peraturan pemerintah no. 18 tahun 1999, dimana limbah B3 harus
diproses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak
beracun dan berbahaya. Sebenarnya banyak teknik pengolahan limbah oil sludge
yang dapat diaplikasikan seperti, incineration (pembakaran), centrifuges
(pemisahan), steam extraction (ekstraksi), dan bioremediation (microbiologi).
Namun, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa teknologi tersebut masih jauh
dari yang diharapkan, ditambah lagi dengan biaya operasional yang masih sangat
mahal.
Daur ulang limbah
oil sludge
Dewasa ini
pemanfaatan plasma dengan suhu tinggi (thermal plasma) dalam berbagai proses
industri meningkat. Thermal plasma adalah gas yang terionisasi (ionized gas),
dengan suhu tinggi diatas 10.000 °C. Thermal plasma dapat dibuat dengan electric
arc, yang terbentuk diantara dua elektroda, dalam sebuah alat yang disebut
plasma torch. Dengan memasukkan gas seperti, udara, argon, nitrogen, steam dan
lain sebagainya kedalam plasma torch, atom atau molekul gas akan bertumbukan
dengan elektron yang terbentuk dalam electric arc. Hasil dari proses ini adalah
panas Dan gas terionisasi yang akan memproduksi thermal plasma jet dengan
temperature yang sangat tinggi.Plasma yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk
mengolah dan mendaur ulang limbah oil sludge. Plasma yang dihasilkan oleh
plasma torch dapat dioperasikan pada suhu 15.000 °C. Plasma ini dapat
dipergunakan untuk menguapkan senyawa organik (hydrocarbon) yang terkandung
dalam oil sludge. Senyawa organik yang menguap dapat dibentuk kembali dalam bentuk
minyak, dan dapat dimanfaatkan.
Energi yang diperlukan dalam proses dibentuk dalam plasma
torch. Gas yang dipergunakan dalam torch adalah argon atau nitrogen (dalam hal
ini tidak ada oksigen). Gas organik yang yang terbentuk dalam reaktor bersamaan
dengan gas argon atau nitrogen kemudian dimasukkan kedalam kondensor, untuk
mengubah uap gas tadi menjadi cairan. Setelah melalui pendinginan dalam
kondensor cairan yang terbentuk dari gas organik tadi adalah light oil yang
100% dapat dipergunkan kembali. Gas argon atau nitrogen sendiri dapat
dipergunakan kembali dalam reaktor proses. Normal operasi temperatur yang
dipergunakan dalam proses ini adalah sekitar 800 hingga 1200 ° celcius, suhu terbaik yang dibutuhkan
untuk menguapkan kandungan hydrocarbon dalam oil sludge. Kondisi dalam reaktor
proses dikondisikan sedemikian rupa agar tidak terjadi proses oksidasi pada
material hydrocarbon dan dapat mendukung proses pembentukan minyak pada
condensator. Residu yang dihasilkan dari proses ini akan bebas dari kandungan
hydrocarbon, dan siap untuk dibuang ke TPA dengan aman. Apabila pada oil sludge
terkandung logam berat seperti timbal proses lanjutan dengan plasma dapat
dilakukan untuk mendaur ulang logam tersebut.Beberapa kelebihan dari
pemanfaatan proses ini adalah energi efisiensinya dapat mencapai 80%, hal ini
jauh lebih tinggi dibandingkan pada proses yang menggunakan gas atau bahan
bakar minyak lain yang hanya dapat mencapai 20%. Juga plasma proses akan lebih
efektif jika diaplikasikan pada limbah oil sludge yang memiliki kandungan
hydrocarbon di atas 10%. Selanjutnya, kandungan hydrocarbon pada residu yang
dihasilkan berkisar di bawah 0.01% dari total hydrocarbon. Dengan menerapkan
plasma proses pada limbah oil sludge diharapkan pencemaran lingkungan dan dampaknya
bagi kesehatan masyarakat dapat dihindari. Lebih dari pada itu oil sludge dapat
didaur ulang sehingga dapat menjadikan nilai tambah bagi industri perminyakan
nasional.
Sekedar ingin menambahkan pengetahuan saya setelah membaca sebuah literatur, Dalam penelitian tentang pereduksian gas emisi COx dan HC dengan
BalasHapusmenggunakan plasma non-termik tanpa mengunakan gas aditif. yang dilakukan
dengan membangkitkan plasma non-termik pada reaktor lucutan pijar korona dengan konfigurasi
kawat bidang. Gas emisi dari kendaraan bermotor langsung dimasukkan kedalam reaktor yang
telah aktif tanpa menambah dengan gas aditif. Gas emisi yang masuk kedalam rektor akan
mengalami pereduksian akibat berinteraksi dengan plasma yang telah terbangkitkan pada reaktor.
Sehingga akan terbentuk radikal-radikal bebas yang energetik dan elektron energetik. Ion-ion dan
radikal-radikal bebas akan saling berinteraksi sehingga mampu mengubah emisi COx menjadi
senyawa bentuk lain, dengan demikian kadar COx yang keluar menjadi berkurang. Hasil
pereduksian menunjukkan tingkat Dekomposisi Efisiensi antara 70% dan 80%. Daya yang
digunakan 0,1 watt, selain pengujian dengan gas analiser juga menggunakan FTIR, pengujian ini
juga mendukung adanya proses pereduksian pada proses ini. Dengan demikian polusi udara akan
tereatasi.
terima kasih atas saranya.. bisa dijadikan perbaikan...:)
Hapus